Hiburan

Cara Membuat Nasi Wong Wongan

Cara Membuat Nasi Wong Wongan – “Di tempat lain, Jira, kota yang dulunya damai dan tenteram tiba-tiba diserang oleh epidemi. Penyakit sampar datang bagai hantu, tanpa gambaran, menyebar ke seluruh pelosok kota. Dalam suatu hari padi yang tadinya basah dan menguning, tiba-tiba “kering dan kosong”. Ruang hijau yang sejuk berubah menjadi coklat dan kosong. Tanaman yang siap panen tiba-tiba layu, sumur mengering, banyak orang meninggal kelaparan. Semua orang menderita,” – Kalon Arang dari Jira, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995.

Karya ini merupakan bagian dari kisah Calon Arang. Kisah tersebut sering dijadikan pertunjukan drama tari pada saat ibadah umat Hindu di pura. Adanya legenda Kalon Arang tentang wabah penyakit atau grubaga yang melanda Desa Jira menjadi indikasi bahwa masyarakat Hindu di Indonesia sudah mengetahui wabah penyakit sejak lama, jauh sebelum Covid-19 menyerang.

Cara Membuat Nasi Wong Wongan

Cara Membuat Nasi Wong Wongan

Dalam budaya Hindu wabah ini dikenal dengan nama sasab merana, ada juga yang menyebutnya gering atau grubug. Menurut Kepala Pura Dalem Desa Adat Melaya Jero Gede Dalem Gombang Winaya Nata menjelaskan, sasab merana dan grubug berbeda sesuai kasus kematiannya. “Ini melelahkan sekarang. Jika ia bergumam, ia sudah mati. Seperti yang terjadi di Wuhan kemarin, ia ikut bergabung dengan kelompok tersebut. “Grubug Agung karena sudah terlalu banyak diadakan, maka kami akan dikeluarkan dari Bali jika tidak mau mengikuti aturan kesehatan,” kata pejabat yang biasa disapa Mangku Gede itu.

Umat Hindu Di Bali Gelar Ritual

Menurut Mangku Gede, virus dalam agama Hindu tergolong bhuta karena sifatnya yang dapat merugikan manusia dan alam. Masyarakat Hindu Bali meyakini bhuta tidak bisa dihilangkan, namun dapat dikembalikan ke alam sehingga tidak mengganggu manusia. “Cara melemahkannya ada dua, secara yuridis netralitas itu dilakukan dengan upacara. Upacaranya ka nagluk merana, mengadakan caru, mengadakan upacara sesuai aturan yang ada dalam kitab kemeran. diri kita sendiri, kita memeriksa diri kita sendiri karena kita punya alasan, pikiran dan tindakan, maka hindarilah hal tersebut,” kata Mangku Gede saat diwawancarai, Selasa (23/6/2020).

Budaya Hindu Bali meyakini bahwa ada banyak cara tradisional untuk menangani wabah penyakit. Beberapa hal yang dilakukan pada masa pendemi Covid-19 adalah memasang obat nyamuk pada pintu rumah, memberikan pejati dan memberikan nasi wong-wongan. Upacara ini juga dilakukan secara serentak oleh umat Hindu Bali di rumah masing-masing.

Semprotan jahat ini terbuat dari daun pandan, mejid totol, daun tulak, alang-alang, kayu, serta bawang dan cabai. Mangku Gede menjelaskan, setiap bagian upacara mempunyai makna tersendiri. Maknanya tidak jauh berbeda, semuanya bermuara pada simbol penangkal segala penyakit dan bahaya. Di sisi lain, bagian ini juga memberi isyarat kepada masyarakat bahwa segala hal buruk dan buruk tidak akan mendekat jika mereka menggunakan obat nyamuk.

Kedua, ada upacara segehan wong-wongan. Masyarakat Hindu percaya bahwa bhuta yang dikenal dengan sebutan virus membutuhkan Labahan (makanan) pada saat ini, sehingga diberikan segehan wong-wongan, yaitu nasi berwarna berbentuk orang. “Ini makanan, kalau habis makan bisa kembali ke alam, tidak lagi menyerang warganya yang sedang beramal,” tegas Mangku Gede. Ia juga mengatakan bahwa segehan wong-wongan juga memiliki bawang, jahe dan garam sebagai hidangan bhuta.

Nasi Wong Wongan, Ritual Bali Penangkal Covid 19

Kemudian diadakan upacara pejati secara serentak di setiap rumah. Mangku Gede menjelaskan, pejati merupakan ulun (kepala) dari segala sesaji/persembahan yang biasa digunakan umat Hindu sebagai cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Tujuan pemberian pejati ini adalah untuk memohon keselamatan kepada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Terakhir ada sesayut yang dipersembahkan di Pura Dalem Desa Melaya untuk memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui penampakannya sebagai Dewa Siwa.

Selain melakukan tindakan pencegahan umum, masyarakat Hindu Bali juga mewaspadai kerja bersama dan Covid-19. Wayan P. Windia, Guru Besar Hukum Adat Fakultas Hukum Universitas Udayana mengatakan, masyarakat Bali sebenarnya tahu cara mencegah penyebaran wabah ini dengan melakukan pajohin yang artinya menjauhi pihak yang menderita, untuk ditempatkan di luar rumah. daerah atau wewidangan (daerah kurungan).

Masyarakat Bali mengenal dua jenis desa, tradisional dan formal. Menurut Wayan P. Windia, kedua jenis kota tersebut berbeda dari segi asal usul, dasar hukum, dan pengelolaannya. Desa anggotanya dikenal sebagai krama. Krama secara turun temurun terikat menjadi penangkar Kahyangan Tiga yang terdiri atas Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem. Selain itu, desa adat diatur dengan hukum adat atau awig-awig, dimana semua keputusan diambil melalui musyawarah (perarem). Kepala desa adat disebut prajuru, dan pemimpin tertinggi disebut bendesa atau kelihan. Sedangkan melayani masyarakat pedesaan terikat karena mereka berada di pedesaan yang sama berdasarkan KTP-nya. Desa pelayanan didirikan secara sah berdasarkan undang-undang nasional dan dipimpin oleh seorang kepala desa.

Cara Membuat Nasi Wong Wongan

Pasca mewabahnya Covid-19, seluruh desa adat di Bali berperan besar dalam menangani Covid-19, termasuk desa adat Malaya. Lingkungan ini terletak di Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Kota tradisional Melaya telah lama memiliki populasi Tamiu yang sangat besar. Menurut Nomor 4 Provinsi Bali Tahun 2019, tamiu adalah mereka yang berada di pedesaan adat untuk tempat tinggal sementara atau tetap. Tamiu ini biasanya adalah mereka yang tidak menganut agama Hindu, namun keberadaannya masih dilaporkan oleh pihak desa adat.

Banten Tumpek Landep Dalam Tradsi Hindu Bali

Kepala Desa Adat Malaya I Komang Suardita mengatakan masyarakat Desa Adat Malaya sangat beragam sehingga menyulitkan pihaknya mendeteksi penyebaran Covid-19 dan membuat kumpulan aspek budaya Covid-19. 19. kota. “Karena kami orang Melayu berbeda jauh, ini jadi masalah besar sekarang. Kalau dia di tempat lain, dia aman. Mudah ditemukan. Kalau kami umat Islam, sekitar 30%,” kata Komang (Minggu (21/06). /2020).

Diungkapkan Komang, untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Kampung Adat Malaya, pihaknya telah melakukan berbagai upaya antara lain operasi dan pemeriksaan di Pasar Melaya yang merupakan cluster tertinggi Covid-19 di Kelurahan Melaya, mengingat Pasar Melaya merupakan satu-satunya pusat perbelanjaan. . Di Kabupaten Malaya. Pertemuan, sekaligus sosialisasi dengan menyebar ke seluruh pelosok Kota Melaya untuk mengingatkan warga agar menaati aturan kesehatan.

Sayangnya, untuk operasi penyemprotan tersebut, pihak Desa Adat Melaya gagal melakukan penyemprotan ke rumah warga non-Hindu, seperti desa Bugus dan Madura di pesisir pantai, serta desa Budha dan Kristen yang terletak di perbatasan Desa Melaya dan Blimbingsari. . Kota. “Dana kita tidak ada masalah kalau ada daerah yang tidak bisa kita jangkau, seperti kompleks Muslim Semeton. Kalau bukan Hindu, ada tugas yang harus dilakukan departemen. semuanya (dengan disinfektan – red.),” jelas Komang.

Foto: Penyemprotan disinfektan di rumah seorang non-Hindu yang dilakukan salah seorang pemuda. Dokumen: Oleh (Academika)

Hakikat Manusia Hindu Dan Panca Sradha Halaman 3

Komang juga mengatakan, hanya rumah Tamiu yang dulunya bertetangga dengan adat desa yang masih akan terbunuh oleh parasit. Beberapa wilayah yang termasuk dalam wilayah desa sah masih belum bisa dijangkau oleh desa-desa lama karena terbatasnya dana desa adat, meskipun sudah menggunakan cara gotong royong atau ngayah yaitu menggandeng pemuda di desa. pelaksanaan seluruh program di desa adat.

Dinas pedesaan yang berperan besar dalam melindungi masyarakat non-Hindu sudah berhenti melakukan penyemprotan disinfektan sejak Mei lalu dan saat ini sedang memberikan pelatihan pencegahan Covid-19. Sekretaris Kota Melaya I Nyoman Suarsana (54) saat ditemui Selasa (30/06/2020) menjelaskan, berkurangnya kekuatan operasi pencegahan Covid-19 di kota dinas ini karena sudah tidak ada lagi. kasus yang bagus. Nanti kalau ada yang kita harapkan tidak ada, kita tambahkan lagi, ujarnya.

Keterbatasan pendanaan bagi desa adat mendorong Desa Adat Melaya untuk memprioritaskan operasional dan analisa pasar guna menekan laju penularan virus. Desa Adat Melaya juga meninjau lingkungan sekitar Desa Melaya untuk membubarkan pertemuan masyarakat yang biasa dilakukan oleh para pemuda. Tampaknya tidak ada kasus tambahan antara bulan Mei dan Juni. Pada tanggal 12 Juli 2020, setelah penerapan praktik baru tersebut, terdapat 3 orang yang terkonfirmasi mengidap Covid-19 di Desa Melaya.

Cara Membuat Nasi Wong Wongan

Nanik (55) adalah pedagang perkakas di Pasar Melaya. Dia telah kehilangan banyak uang sejak awal epidemi Covid-19. “Dulu (sebelum wabah – red) bisa dapat Rp 300.000, sekarang mungkin tidak dapat sama sekali,” kata Nanik (Selasa 30/06/2020). Di sisi lain, Munipah (37), seorang pengerik kelapa, juga menunjukkan hal serupa. Sebelum Corona saya mendapat penghasilan 300-400 seminggu. “Sekarang sulit dapat 100 ribu hanya saat virus corona,” ujarnya (Sabtu, 27/06/2020). Munipah mengaku, kini dalam tiga hari, hasil menjahitnya telah berubah menjadi Rp40.000.

Segehan Wong Wongan Bali Dalam Ritual Adat Penolak Bala

Perempuan yang akrab disapa Khoeli ini mengungkapkan, dirinya kesulitan membayar biaya sekolah anaknya yang terdaftar di MAN. Biaya yang harus dibayarkan ke sekolah adalah R1,920,000 dan Anda telah membayar biaya minimum R100,000 saja. Ia berharap BLT dapat membiayai sekolah anaknya karena ia juga merupakan orang tua tunggal yang berhak menerima BLT, namun sayangnya ia tidak terdaftar sebagai penerima BLT. “Teman saya malah bilang ke anak itu, ‘Leah, kalau Mamak dapat BLT, bawa ke sekolah Leah, ada uang yang bisa kamu gunakan untuk menambah biaya pendaftaran.’ Hingga dia menceritakan hal itu, ternyata “Aku tidak mengerti,” ucapnya yang disusul dengan tawa ringan.

Munipa mengaku meminjam beras di pesantren dekat rumahnya karena belum menerima bantuan beras. “Saya baru dapat satu yang berisi 5kg beras, dengan telur. Ini untuk orang dewasa, Mac. “Dan kamu mengerti,” kata Ngwedi kepada ibunya.

Untuk merespon

Cara membuat ayam bakar wong solo, cara membuat ayam penyet wong solo, cara membuat sambal wong solo, cara membuat sambal ayam penyet wong solo

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button